Friday, 19 February 2016

Disaat uang menjadi pilihan ke dua

Beberapa hari terakhir, saya mulai beraktivitas di aged care. Hampir setiap hari setelah saya pulang ke rumah, saya selalu sedih. Saya gak tau kenapa sedih, bawaan nya sedih aja. Sampe terkadang keluar air mata. Mereka yang tinggal disana seakan di buang dari keluarga karena tua, lemah, dan sakit. Keluarga tidak mau di ganggu oleh mereka yang cerewet, sakit2an, buang air besar dan kecil di celana, mereka jijik, dulu mereka bekerja keras mati2an untuk keluarga, tidak jijik membersihkan kotoran dan pipis anak dan cucu nya saat bayi, memberikan cinta dan waktu untuk keluarga, namun disaat mereka sudah lemah karena usia, anak dan cucu nya membuang mereka ke panti jompo tanpa seorang pun datang menjenguk. Hanya kepada kami mereka bercerita, menari bersama, bernyanyi bersama, berjalan di taman menikmati indah nya bunga. Saya sadari bahwa uang bukan segala nya, uang bukan yang mereka cari. Yang mereka cari adalah seseorang yang mau memberikan waktu nya untuk mendengarkan cerita dan keluh kesah mereka, tertawa bersama dan menjalani sisa hidup nya bersama. Mereka yang tinggal disana bukanlah orang miskin, biaya untuk tinggal disana tidaklah murah, untuk masuk di tempat itu harus membayar 500.000 AUD (5 milliar rupiah) dan biaya perawatan harian sekitar 50 AUD - 100 AUD. Namun mereka tidak bahagia di tempat itu. Mereka bagaikan burung yang kesepian di sangkar emas. Di tempat yang mewah dan besar namun mereka tidak mendapatkan cinta. Bersyukur saat kita masih sehat, kita bisa memberikan waktu untuk mereka yang sudah tua. Mereka tidak ingin apapun dari kita kecuali telinga untuk mendengarkan cerita mereka dan tertawa bersama mereka, kita tidak pernah tau kapan kita meninggal, saya memilih menghabiskan hidup untuk melayani mereka karena secara materi saya sudah lebih dari cukup. Saya tidak butuh materi, yang saya inginkan adalah kepuasan hidup. Kepuasan hidup adalah saat melayani mereka. Salah satu resident mengalami dementia yang sangat parah dan angressive, semua staff tidak suka resident tsb. Tapi entah kenapa resident tsb selalu tertawa bersama saya, dan selalu bilang 'you are pretty' berulang ulang. Kemarin pagi saya ganti in baju, dia sangat tenang dan selalu tertawa. Sedangkan dengan staff lain dia sangat aggressive, terutama di pagi hari. 2 hari yang lalu, di menanggis ke saya saat sedang sarapan, dia selalu sarapan di kamar nya, pas saya melewati kamar nya, dia memanggil saya lalu dia menanggis. Saya tidak tau kenapa, dan staff lain bilang bahwa itu pertama kali nya liat dia nanggis. Lalu di malam hari nya dia tidur sangat nyenyak (biasa nya dia berjalan di koridor dari jam 4 sore sampai 3-4 pagi) namun kemarin malam dia tidur sejak 8 malam sampai 7 pagi. Dan tertawa di pagi hari bersama saya, saya yakin walaupun dia terkena dementia, dia tau siapa yang tulus dan siapa yang tidak tulus dalam melayani dia. Bahkan saat saya kasih handuk dengan air hangat, dia malah memanggil saya lalu membersihkan wajah saya sambil bilang 'you are pretty', lalu karena itu makan waktu lama dan saya harus assist resident lain, akhir nya saya bersihin wajah dia dan dia tetap tertawa. Memang sih sebagian staff hanya fokus pada uang, tidak tulus melayani. Mereka datang tanpa senyum ceria, dan memperlakukan resident seperti hewan, berbicara dengan suara keras karena pendengaran resident sudah berkurang. Berbeda dengan saya, saya memilih mendekatkan ke telinga mereka lalu berbicara dengan lembut dan pelan. Ah cinta dan ketulusan memang harga yang sangat mahal, tidak bisa di beli dengan uang. Di tempat 5 milliar pun sulit ditemukan cinta.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.