Thursday, 10 December 2015

Uang dan keluarga

Jangan bertanya kenapa saya tak suka kirim uang ke keluarga. Sekalipun ibu saya bercerita betapa besar nya pengeluaran beliau untuk pendidikan adik2 saya. Namun tak sedikit pun saya berkirim uang. Kenapa? Karena orang tua saya masih di usia produktif. Saya bukan anak yang di lahirkan lalu menjadi sapi perah untuk keluarga. Saya pun mendapatkan uang bukan dari langit melainkan dari hasil kerja saya. Mengirim $500 atau 5 juta rupiah per bulan untuk pendidikan adik saya itu hal kecil bagi saya. Namun bagaimana jika suatu saat saya kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan. Bagaimana dengan nasib mereka yang terbiasa tidak berjuang, terbiasa malas, terbiasa mengandalkan uang dari saya? Bagi saya, tidak merepotkan uang tua sejak usia 18 tahun itu sudah sangat membantu mereka. Sejak usia 18 tahun, saya tak meminta nafkah dari mereka lagi. Tak meminta uang sepeserpun dari mereka. Bukan berarti saya sombong. Apakah hal itu tak cukup membantu mereka? Bahkan kakak saya pun masih meminta nafkah dari mereka hingga saat ini yang notabene dia sudah memiliki pekerjaan, Membeli Hp, motor, laptop, etc. saat saya ingin pindah ke sini, saya meminta laptop kepada ortu saya dan mereka tak memberi. Padahal saya tak meminta mereka membiayai kuliah saya. Dimana mereka membiayai kuliah kakak saya sampai sarjana. Bahkan uang kos2an, motor, makan pun kakak saya masih dinafkahi orang tua pada saat itu. Namun tak ada rasa iri atau benci di hati saya. Saya justru bersyukur di usia ini saya sudah mandiri. Sudah bisa berdiri sendiri. Apakah saya harus berkirim uang kepada mereka yang masih di usia produktif? Apakah itu arti nya saya anak durhaka karena tak mengirim uang kepada kedua orang tua yang tak menafkahi saya sejak usia 18? Yang tak membiayai kuliah saya sedangkan kakak dan adik saya mereka biayai. Bolehkah saya mengajarkan kepada mereka untuk berjuang seperti saya? Bolehkah saya membuarkan mereka berjuang sampai usia produktif mereka berakhir? Terkadang terbesit di benak saya, saya tak kirim uang kepada keluarga, jangan2 nanti saya masuk neraka karena saya durhaka. Saya tak kirim uang ke keluarga jangan2 nanti rezeki saya sulit karena pelit. Karena ibu saya selalu bilang jika ada rezeki kamu harus bagi2 supaya rezeki kamu lancar. Apakah itu hanya mitos atau fakta? Saya merasa benar2 terpojokan atas tindakan orang2 disekitar saya. Saya percaya tidak ada pejuangan yang sia2. Semoga di hari natal saya bisa kasih sedikit rezeki untuk mereka 🙏🏻

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.